Tirtodipuran Street Festival 2025 Gelar Potensi Wirausaha Kreatif Yang Tak Pernah Padam

Yogyakarta, metroraya.id – Tirtodipuran Street Festival 2025 digelar selama dua hari, 25–26 Oktober 2025, di sepanjang jalan Tirtodipuran, Kampung Tirtodupuran, Mantrijeron, Kota Yogyakarta. Sabtu, 25/10/25.

Kali ini Tirtodipuran Street Festival 2025 mengambil tema “Gelar Potensi Wirausaha Kreatif”. Acara ini menghadirkan lebih dari 20 stand UMKM, komunitas seni, dan pelaku kreatif yang membawa berbagai karya khas Yogyakarta.

Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan, saat membuka acara pada Sabtu sore, menyebut festival ini sebagai wujud nyata semangat warga Jogja yang tak pernah padam.

“Kegiatan seperti ini menunjukkan betapa besarnya potensi ekonomi kreatif masyarakat. Tirtodipuran bukan hanya jalan, tapi juga ruang ekspresi seni dan wirausaha yang hidup,” ujar Wawan dalam sambutannya.

Ia menambahkan, Tirtodipuran memiliki karakter unik yang mampu menyaingi kawasan wisata lain seperti Prawirotaman atau Malioboro. “Kami ingin setiap lorong di Jogja punya kisah, punya napas kreativitasnya sendiri,” ujar Wawan.

Antusiasme pengunjung sore itu tak surut, musik akustik dari panggung kecil di sudut jalan mengalun lembut. Sementara para pelaku UMKM tersenyum ramah melayani pembeli.

Di antara mereka, ada penjual batik tulis, pengrajin kayu daur ulang, hingga pembuat minuman herbal lokal yang tak kalah menarik.

Salah satunya Gallery Kusumavignette Batik yang berlokasi persis di area jalan Tirtodipuran, No. 23. Kali ini Gallery Kusumavignette Batik turut menghadirkan Kusumavignette Contemporary of Batik pada pembukaan Festival Tirtodipuran Street 2025. “Iya kemarin saya juga ada menampilkan untuk Fashion Show Tirtodipuran Street-nya,” ujar Iche Kusumaningrum, Owner Gallery Kusumavignette.

Kusumavignette Contemporary of Batik memiliki makna semangat keceriaan lewat warna dan motif yang hidup, memadukan tradisi dengan sentuhan modern yang penuh energi, karena setiap warna punya cerita dan salah satu cara bersinarnya kususmavignette.

Menurut Narotama, Mantri Pamong Praja Kemantren Mantrijeron, festival ini lahir dari kerja sama lintas sektor antara pemerintah, komunitas, dan pelaku usaha lokal.

“Total ada lebih dari 20 stand yang berpartisipasi. Semua pelaku berasal dari Yogyakarta dan sekitarnya. Ini bukti gotong royong yang masih kuat,” jelasnya.

Narotama juga menyoroti semangat kebersamaan warga yang menjadi kunci sukses acara.

“Banyak warga turun langsung membantu menata area, membersihkan lokasi, hingga mengatur lalu lintas. Antusiasme mereka luar biasa,” ujarnya.

Di tengah keramaian, Ayu pengunjung asal Suryodiningratan, tampak sibuk memotret deretan stand kuliner.

“Seru banget! Banyak produk unik yang jarang ditemukan di tempat lain. Suasananya Jogja banget, hangat dan santai,” katanya sambil tersenyum. * Pewarta: Rochmad | Editor: Retnowati.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *