Peranan Pendidikan Dalam Pembangunan Indonesia Di Era Dunia Vuca

 Penulis: Sigit Nurianta

Pemerhati Pendidikan Vokasi

 

Kata Kunci: Pembangunan SDM, keberlanjutan, VUCA, dan pendidikan.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan hak asasi setiap warganegara Indonesia. Sesuai amanah UUD 1945 Pasal 31 setiap warganegara berhak mendapatkan pendidikan yang bermakna, sesuai minat dan menyenangkan sepanjang hayat manusia. Pendidikan memegang peran penting dalam memperbaiki kualitas sumber daya manusia Indonesia menuju tercapainya Indonesia emas di tahun 2045 yang dikenal sebagai “ Visi Indonesia Emas 2045”. Visi Indonesia Emas 2045 dibangun berdasarkan empat pilar yang sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pilar-pilar tersebut antara lain:

  1. Pembangunan manusia serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
  2. Pembangunan ekonomi.
  3. Pemerataan pembangunan.
  4. Pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola kepemerintahan.

Pilar pertama dari empat pilar yang membangun “Visi Indonesia Emas 2045” yaitu Pembangunan manusia serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hakikat dari pembangunan nasional. Era dunia yang makin dinamis, penuh ketidak pastian, faktor-faktor yang saling terkait menyebabkan permasalahan yang demikian komplek, dan situasi yang samar yang menimbulkan interpretasi dan sudut pandang yang berbeda-beda, dikenal sebagai “ERA VUCA” (Volatile, Uncertainty, Complexity, Ambigous). Peningkatan penggunaan teknologi informasi di segala lini kehidupan, merupakan faktor dominan yang menciptakan lingkungan VUCA ini. Pembangunan manusia melalui pendidikan yang berkelanjutan akan membawa individu lebih tangguh dalam menghadapi perubahan yang cepat baik dari segi sosial budaya, teknologi, globalisasi dan fluktuasi ekonomi. Pergeseran segmen tatanan hidup manusia yang lebih mengandalkan teknologi digital dalam segala aspek, menimbulkan tantangan yang lebih rumit. Namun jika dikelola dengan tepat tentunya dengan pendekatan pendidikan yang adaptif terhadap perubahan itu, tantangan dapat ditangkap menjadi peluang yang menguntungkan. Pendidikan tidak terbatas pada alih teknologi dan pengetahuan semata (kognitif), namun juga meliputi pengembangan karakter, sudut pandang/perspekstif yang positif terhadap isu-isu global, dan kompetensi individu  yang relevan dengan kebutuhan pasar dan pekerjaan masa depan (softskill).

Dalam konteks ini, artikel ini membahas lebih jauh bagaimana pendidikan dapat memainkan peraanan yang efektif dalam pembangunan Indonesia dengan berkelanjutan di era penuh ketidakpastian ini. Artikel ini bertujuan memberikan gambaran tentang peran pendidikan dalam mengatasi tantangan global dan membangun masyarakat yang lebih baik dan berkelanjutan melalui analisis teoritis mendalam dan tinjauan literatur yang relevan.

METODE PENULISAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dengan pendekatan studi pustaka untuk menganalisis peran pendidikan dalam pembangunan Indonesia di Era VUCA. Studi pustaka akan meliputi pengumpulan dan analisis literatur terkait dari sumber-sumber terpercaya, termasuk artikel jurnal, publikasi laman-laman dengan topik yang relevan, buku, laporan riset, dan dokumen-dokumen kebijakan yang relevan. Pendekatan ini akan memungkinkan penulis untuk mendapatkan suatu penemuan yang atraktif terkait peran pendidikan dalam mengatasi tantangan global dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pendidikan Sepanjang Hayat

Pendidikan merupakan satu proses yang berlaku sepanjang hayat yang mengarah kepada kemajuan diri seseorang individu. Pendidikan akan terus ada pada setiap individu yang masih memilik kemauan untuk mempertahankan hidup, tidak terbatas pada pendidikan formal, namun juga pendidikan informal. Dwyer (2002) menyatakan setiap individu siapapun pasti mempunyai kemampuan untuk belajar sepanjang hayat mereka, tergantung niat dan kemauan individu tersebut untuk terus belajar itu ada atau tidak. Tindakan ini dilakukan untuk memperbaiki kehidupan dan bagian dari proses pegembangan diri sering dengan kestabilan emosi dan perubahan tujuan hidup tiap individu.

Bagi seorang muslim, konsep pendidikan berkelanjutan sepanjang hayat telah termaktub dalam Al Quran, Q.S. Al ‘Alaq 1-5. “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan,telah menciptakan manusia daripada segumpal darah, bacalah dan Tuhanmu yang Maha pemurah, yang mengajarkan manusia menulis dengan pena, yang mengajarkan kepada manusia perkara-perkara yang tidak diketahuinya”. Hadits Muslim nomor 2699, yang berbunyi “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. , HR. Ibnu Majah, No. 224 meriwayatkan bahwa“menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim”, Ibnu Majah menegaskan bahwa  mencari ilmu adalah sebuah kewajiban bagi setiap Muslim, baik laki-laki maupun perempuan, dan ilmu merupakan bekal penting untuk menjalani kehidupan dunia dan akhirat. Pendidikan sepanjang hayat ini selaras dengan cita-cita luhur dari para pendiri bangsa. Termaktub dalam Pasal 31 UUD 1945 ayat 1 Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Ayat 2 Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. sesuai amanah undang-undang pendidikan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas). Kebijakan pemerintah saat ini yang selaras dengan pendidikan sepanjang hayat tercantum dalam Asta Cita ke-4 Kabinet Merah Putih Asta Cita ke-4 “Memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas”. Hakikat pendidikan menurut KI Hajar Dewantara (Henricus Suparlan, 2014) sebagai usaha untuk menginternalisasikan nilai-nilai budaya ke dalam diri anak, sehingga anak menjadi manusia yang utuh baik jiwa dan rohaninya. Filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara disebut dengan filsafat pendidikan “among” yang di dalamnya merupakan konvergensi dari filsafat progresivisme tentang kemampuan kodrati anak untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi dengan memberikan kebebasan berpikir seluas-luasnya, dipadukan dengan pemikiran esensialisme yang memegang teguh kebudayaan yang sudah teruji selama ini. Anak atau peserta didik sebagai pusat pembelajaran, pendidik sebagai fasilitator, membimbing anak dengan latihan mandiri sehingga secara oprimal dapat dimunculkan potensi anak. Dalam hal ini Ki Hadjar Dewantara menggunakan kebudayaan asli Indonesia sedangkan nilai-nilai dari Barat diambil secara selektif adaptatif sesuai dengan teori trikon (kontinyuitas, konvergen dan konsentris). Tiga kontribusi filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara terhadap pendidikan Indonesia adalah penerapan trilogi kepemimpinan dalam pendidikan, tri pusat pendidikan dan sistem paguron.

Konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara yang menggabungkan budaya Indonesia nilai kearifan lokal dengan nilai-nilai budaya barat yang terseleksi diwujudkan menjadi tiga konsep populer “ Ing Ngarso Sung Tuladha (didepan memberi contoh)”, “Ing Madya Mangun Karsa (ditengah membangun semangat)”, “Tut Wuri Handayani (dibelakang memberi dorongan)”,

Pendidikan merupakan bentuk investasi untuk mempersiapkan generasi penerus bangsa di masa mendatang dimana dunia masa depan yang penuh ketidakpastian, era dunia yang ditandai cepatnya perubahan teknologi yang memperngaruhi semua aspek kehidupan. Generasi penerus akan lebih tangguh dan adaptif terhadap perubahan dunia yang sang masif dengan bantuan bimbingan orangtua pendidikan di keluarga dan tenaga pendidik di lingkungan sekolah/lembaga pendidikan. Hal ini sejalan dengan konsep Ki Hajar Dewantara yang menginginkan pendidikan yang berkelanjutan bahwa guru atau tenaga pendidik harus menjadi contoh yang baik bagi peserta didik, sekaligus menjadi pemotivasi atau pemberi semangat bagi setiap anak didiknya, dan sebagai pembangkit dan pendorong kemampuan belajar anak didiknya.

Namun peran guru atau tenaga pendidik tidak terlepas dari sinkronisasi positif dari tiga poros pusat pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu Tri Pusat Pendidikan: Pendidikan Keluarga, Pendidikan Formal (Sekolah), dan Pendidikan di Masyarakat.

Pendidikan tidak terbatas bagi individu yang sukses secara akademik atau individu yang telah purna semua jenjang pendidikan telah dicapai, namun justru individu yang belum sukses, muncul ruang yang luas untuk mengembangkan diri, belajar ke jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi atau belajar pada pendidikan informal yang mendukung kesejahteraan individu tersebut. Pengembangan diri individu sangat dipengaruhi oleh kemampuan pengelolaan tujuan hidup masing-masing individu, tidak dibatasi oleh usia dan jarak serta waktu. Cita-cita mulia konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara dapat terwujud tentunya dengan sinergi positif antara pemangku kepentingan, pemegang kebijakan pemerintah, keluarga, pendidik dan lingkungan Masyarakat.

 

 B. Tantangan dan Peluang Pendidikan Masa Depan

Era Dunia VUCA, kondisi dunia masa depan yang tidak dapat diprediksi, arah cepatnya perubahan yang mendasar dan radikal dalam suatu industri atau tatanan masyarakat yang disebabkan oleh inovasi teknologi baru, berdampak pada sosial kultural masyarakat saat ini. Teknologi disruptif menciptakan pasar dan nilai baru, mengubah cara konsumen dan industri beroperasi, serta menghasilkan peluang dan tantangan bagi bisnis yang ada.

Tantangan yang muncul dalam Era Dunia VUCA saat ini adalah (AWK, arah kebijakan pendidikan vokasional):

  1. Fluktuasi Perekonomian Global dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sedang Menurun

Gejolak ekonomi dunia paska pandemi COVID-19, merubah tatanan kehidupan masyarakat pada umumnya, dalam dunia industri dan dunia kerja banyak sektor formal mengalami penurunan produksi yang berimbas pengurangan tenaga kerja untuk memangkas pengeluaran, menyebabkan penambahan jumlah pengangguran di sektor formal. Para mantan pekerja formal memilih untuk beralih ke pekerjaan informal.

  1. Kesenjangan Penyerapan Tenaga Kerja

Jumlah lulusan tidak diimbangi dengan pembukaan lapangan kerja, berdampak pada kemampuan penyerapan tenaga kerja pada lapangan kerja forma. Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pada Februari 2025 tingkat pengangguran naik sebesar 1,1% menjadi 7,28 Juta. Justru kenaikan signifikan pengangguran pada tingkat Sarjana disbanding tingkat pendidikan lainnya. Dapat dilihat dari sebaran potret tenaga kerja Indonesia tahun 2025 dibawah ini.

Sumber : AWK, Seminar Nasional Pendidikan Teknik Elektro (SNPTE) 2025 Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta, 6 September 2025.

Kondisi di atas menunjukan keprihatinan mendalam bagi dunia pendidikan, satu sisi dimana seharusnya dengan makin tinggi bentuk pembelajaran maka seharusnya peluang untuk bertahan dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik, lebih besar dibanding jenjang pendidikan dibawahnya. Namun pola piramida tenaga kerja dalam suatu organisasi berpengaruh juga terhadap daya serap tenaga kerja berdasarkan jenjang Pendidikan (duddyarisandi, 2017), semakin tinggi pendidikan seorang calon tenaga kerja maka semakin sedikit juga jumlah rekrutmen yang akan mengisi posisi jabatan tersebut.

  1. Kesenjangan akses dan kesetaraan pendidikan

Kondisi geografis Indonesia yang luas dan terdiri dari banyak pulau, menimbulkan bentuk tantangan dalam dunia pendidikan. Menurut Maulido, et al (2024) pendidikan tidak sebatas memperkuat aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan spiritual dalam pembentukan individu secara menyeluruh. Pemerintah harus memberi fasilitasi pendidikan untuk seluruh warga negaranya. Faktor utama penyebab ketimpangan pendidikan yaitu

1) Keterbatasan akses dan infrastruktur pendidikan memadai.

2) Kondisi geografis antara pulau satu dengan pulau lainnya memiliki jarak tempuh dan akses transportasi dan infrastruktu jalan menuju ke sekolah yang beragam.

3) Hambatan sosial dan budaya seperti konstruksi sosial yang menganggap pendidikan bukan menjadi hal yang penting dan faktor ekonomi.

4) Keterbatasan guru. Terkadang guru mata pelajaran tertentu mengampu beberapa mata pelajaran yang lain, di pendidikan vokasi guru produktif yang sesuai dengan standar industri atau yang sudah berpengalaman industri terbatas. Hal ini menyebabkan standar isi pembelajaran yang disampaikan bukan merupakan bentuk deskripsi pekerjaan di Dunia Industri Dunia Kerja.

Faktor-faktor tersebut diatas menjadi sebuah tantangan bagi pemerintah dan Masyarakat untuk menyikapi dengan lebih bijaksana dalam menerapkan standar mutu pendidikan untuk setiap wilayah.

  1. Lapangan Pekerjaan Formal Terbatas

Menurut Survei BPS, Angkatan kerja baru untuk lulusan SMK/Politeknik, dan Lembaga Vokasi lainnya sekitar 63% dari total penambahan angkatan kerja, Sedangkan kemampuan sektor industri formal dalam penyerapan tenaga kerja tersbut sangat terbatas. Alhasil banyak Angkatan kerja tersebut memilih untuk bekerja pada sektor non formal seperti ojek online, kurir barang, tenaga harian lepas, dan mencoba merintis wirausaha/mikro dengan modal terbatas. Hal ini merupakan tantangan bagi pemerintah Republik Indonesia, terkait keadilan bagi seluruh rakyat Indoensia dan penghidupan yang layak bagi warga negara Indonesia. Kemampuan pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja formal sangat diharapkan, namun iklim investasi global saat ini sedang tidak baik dan tidak kondusif.

 

C. Strategi dan Inovasi Pendidikan

Pendidikan dalam era dunia yang penuh ketidakpastian saat ini harus segera bertransformasi menjadi pendidikan yang lebih cerdas. Pemanfaatan teknologi digital dalam proses pembelajaran sangat penting dalam menopang perubahan dunia yang sangat cepat tersebut.

Arah kebijakan pemerintah sangat mendukung pendidikan semesta berkelanjutan yaitu dengan alokasi anggaran pendidikan 20% dari anggaran pemerintah. Pemerintah daerah juga diharapkan untuk mengalokasikan anggaran yang serupa yaitu 20%, namun pemerintah daerah masing-masing memiliki kekuatan anggaran berbeda-beda sehingga prioritas anggaran untuk pendidikan sebesar 20% terpenuhi dan ada yang tidak. Hal ini menimbulkan kesenjangan pelaksanaan pendidikan pada tiap daerah, kebijakan pemerintah pusat sangat diperlukan untuk memperbaiki pemerataan akses pendidikan pendidikan antar daerah. Satu sisi pemerintah daerah juga dapat menyusun inovasi sumber dana pendampingan anggaran pendampingan misal apabila di daerah tersebut ada perusahaan yang besar maka dapat memanfaatkan dana tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) untuk mendukung pemenuhan anggaran pendidikan, dan atau dukungan dari masyarakat lokal. Namun tidak semua wilayah terdapat perusahaan-perusahaan besar yang mengalokasikan dana CSR tersebut. Strategi yang pertama jelas bahwa perlu alokasi anggaran yang signifikan untuk mendukung proses pembelajaran di era dunia nyata yang berubah dengan sangat cepat ini. Kurangnya infrastruktur pendukung, seperti jalan yang layak, sarana transportasi yang tidak baik, fasilitas pendidikan yang tidak memadai, rendahnya kemampuan literasi dan numerasi, dan jarak dari rumah merupakan tantangan umum yang dihadapi oleh sekolah-sekolah di daerah terpencil, terluar dan terdepan (3T). Infrastruktur dan fasilitas sekolah merupakan penentu utama kinerja siswa. Strategi pendidikan berikutnya adalah peningkatan kualitas SDM khususnya guru dan tenaga kependidikan dengan melaksanakan pelatihan berbasis dunia industri dunia usaha dan dunia kerja (DUDIKA). Pelatihan SDM yang merujuk dengan pelatihan berbasis DUDIKA tersebut akan membawa dampak yang signifikan untuk diterapkan ke sekolah setelah pelatihan berakhir. Strategi pendidikan yang ketiga adalah dengan penyelarasan kurikulum sekolah dengan DUDIKA. Penyelarasan ini dilaksanakan dengan cara menyusun kurikulum bersama dengan praktisi industri. Kurikulum dalam dunia pendidikan merupakan faktor utama dalam proses pembelajaran. Kurikulum yang sesuai standar DUDIKA akan mempermudah peserta didik untuk beradaptasi nantinya dalam industri atau dalam pekerjaan di masa depan. Praktek kerja industri/magang yang relevan dan waktu yang cukup dimasukan sebagai bentuk baru mata pelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sekolah (RPPS). Demikian juga pembelajaran berbasis proyek masuk dalam RPPS, baik untuk siswa SMA atau SMK, pembelaran ini sangat membantu siswa atau peserta didik untuk lebih berinovasi dan melatih kerjasama. Strategi pendidikan yang tidak kalah pentingnya adalah Penguatan Pendidikan Karakter dan Pendidikan Anti Korupsi. Pendidikan masa depan dalam menghadapi dunia yang samar, dunia yang tidak pasti, dan dunia yang cepat berubah memerlukan karakter individu seorang pendidik dan seorang siswa yang kuat. Pendidikan Karakter dan Pendidikan Anti Korupsi merupakan bentuk pendidikan soft skills. Pendidikan soft skills merupakan pembelajaran yang berpusat pada penguatan sikap dan kepribadian positif dari entitas objek pendidikan. Soft skills menurut Klaus (2007), meliputi personal, sosial, komunikasi, dan perilaku manajemen diri, yang mencakup spektrum yang luas. Kemudian, Zhang (2012) membuat definisi bahwa soft skills adalah keterampilan interpersonal, seperti komunikasi, kerja sama tim, dan manajemen konflik. Menurut Elfindri dkk. (2010:67), soft skills adalah keterampilan dan kecakapan hidup, baik untuk diri sendiri (intrapersonal), maupun berkelompok atau bermasyarakat (interpersonal). Pendidikan ini dapat diintegrasikan dalam kurikulum sekolah melalui pembelajaran aktif, diskusi, dan kegiatan ekstrakurikuler, serta bisa juga melalui kegiatan terstruktur di luar kegiatan pembelajaran sekolah seperti magang/prakerin/PKL dan pembelajaran berbasis proyek. Soft skills adalah modal penting yang akan mendukung siswa/individu/mahasiswa untuk sukses di dunia kerja. Kemampuan komunikasi yang baik, kepemimpinan, kerja sama tim, dan pemecahan masalah merupakan bekal yang signifikan untuk menghadapi tantangan dalam dunia nyata.

Episentrum pembelajaran adalah siswa/peserta didik, sebagai pusat pembelajaran, siswa bukan lagi objek tapi subjek pembelajaran, guru bertindak sebagai fasilitator, pembimbing bagi proses pembelajaran. Siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran ini, sehingga diharapkan potensi yang ada dalam diri individu/siswa muncul secara optimal. Satu sisi dengan berkembangnya tatanan dunia saat ini, mendorong setiap entitas pendidikan untuk berkembang lebih inovatif, pemerintah sebagai pemegang kebijakan pendidikan tertinggi mulai menerapkan program transformasi digital pendidikan untuk memperkuat sistem pendidikan saat ini, guru dan tenaga pendidikan akan meningkatkan diri dengan pelatihan-pelatihan berbasis industri digital. Model-model pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi digital untuk memberikan efisiensi dan efektivitas pada perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Inovasi dalam dunia pendidikan dibutuhkan untuk menjangkau pendidikan berkelanjutan untuk semesta, dimana sudah tidak ada jarak dan waktu tempuh yang menjadi hambatan untuk mendapatkan pendidikan yang layak, bermakna, dan menggembirakan.

 

D. Kontribusi Pendidikan dalam Pembangunan Berkelanjutan

Pendidikan memegang peranan yang tidak kalah penting, pendidikan akan menciptakan SDM yang baik sebagai subyek pembangunan. Pembangunan berkelanjutan akan dapat berjalan dengan konsisten jika pembangunan manusia sebagai subyek penggerak roda Pembangunan dapat dioptimalkan. Pembangunan manusia merupakan saran vital selain Pembangunan sarana dan prasarana fisik seperti jalan, bangunan, dan waduk serta infrastruktur lainnya.

Pendidikan berkontribusi terhadap peningkatan produktivitas dan keterampilan tenaga kerja, menciptakan inovasi dan adaptasi teknologi terbaru, mengurangi kesenjangan ekonomi dan kemiskinan dan ketidaksetaraan pendapatan, serta menciptakan iklim pembangunan yang kondusif. Pembangunan berkelanjutan memerlukan SDM-SDM terdidik yang inovatif, unggul, tangguh dan resilensi tinggi serta kecerdasan adversitas yang teruji dalam melaksanakan pembangunan. Pendidikan juga berkontribusi terhadap upaya penciptaan lapangan kerja baru, dengan terciptanya tenaga kerja yang terdidik, kompetitif, inovatif, dan berpikir kritis sehingga memiliki ide-ide kreatif dalam menciptakan lapangan kerja dan berwirausaha. Pendidikan yang sesuai dengan permintaan pasar akan mendorong pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang baik menjadi tolak ukur kemakmuran suatu bangsa.

 

E. Pendidikan sebagai Investasi Masa Depan

Pendidikan merupakan bagian investasi bagi kehidupan yang lebih baik di masa depan, berbeda dengan paradigma berpikir jaman dahulu. Jaman dahulu bekal materi kekayaan, tanah yang luas dan harta benda melimpah merupakan investasi yang diharapkan, padahal semua tersebut tidak bernilai jangka panjang dan beresiko. Harta benda dapat sepenuhnya habis jika tidak diinvestasikan dengan baik, tidak digunakan untuk usaha. Jika harta benda hanya diam, maka lambat laun akan habis. Pola pikir yang seperti diatas adalah pola pikir Fixed Mindset, menurut Carol Weck, pola pikir berisi keyakinan bahwa kemampuan dan kecerdasan adalah tetap dan tidak bisa diubah. Pola pikir ini dapat dilihat dari sikap hidup yang takut gagal dan menghindari tantangan, percaya bahwa kemampuan adalah tetap, perspektif terhadap kritik sebagai ancaman dan merasa terancam oleh kesuksesan orang lain. Individu yang menganggap pendidikan sebagai investasi merupakan pola pikir Growth Mindset, dimana muncul keyakinan bahwa kemampuan dan kecerdasan dapat berkembang melalui usaha, strategi, dan bantuan dari orang lain. Individu dengan Growth Mindset selalu melihat tantangan sebagai sebuah peluang untuk belajar lebih giat lagi, tidak takut gagal namun tetap mengevaluasi diri terhadap kegagalan yang ada, melihat kritik sebagai upaya membangun diri, dan succes story seseorang sebagai inpirasi hidup.

 

KESIMPULAN

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, berguna dalam menghadapi segala tantangan dalam era dunia VUCA. Pendidikan selain sebagai sarana untuk menciptakan tenaga kerja yang terdidik kompetitif, namun juga mendorong iklim investasi ekonomi yang kondusif.

Strategi dan inovasi pendidikan yang tepat dan didukung oleh sinkronisasi tiga poros pusat pendidikan yaitu pendidikan keluarga, pendidikan formal dan pendidikan Masyarakat. Strategi pendidikan yang dibangun tidak terbatas dari pembelajaran teknis/hardskills (kognitif) namun juga pembelajaran softskills. Pendidikan akan membantu individu dalam memahami dan menghadapi permasalahan dalam dunia saat ini seperti teknologi hijau, pencarian energi terbarukan, ketimpangan sosial, dan krisis lingkungan, serta mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis, berkolaborasi, dan berinovasi dalam mencari solusi.

Artikel ini merupakan bentuk harapan dari individu sebagai warganegara, bahwa pendidikan merupakan bentuk investasi strategis masa depan yang tidak terbatas oleh jarak, waktu tempuh, usia dan gender, sehingga perlu kolaborasi yang harmonis dan positif antara setiap entitas dalam Negara Republik Indonesia, baik masyarakat, keluarga, pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Kolaborasi harmonis ini perlu dilaksanakan untuk mencapai tujuan nasional kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

 

DAFTAR PUSTAKA

“The Golden Vision of Indonesia 2045”. Bappenas.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas).

https://tni.mil.id/view-248945-asta-cita-presiden-dan-wakil-presiden.htm

Peran Pendidikan Dalam Pembangunan Manusia dan Berkelanjutan Di Era Modern A.Ramli Rasyid, A.Muh.Syuaib Alfareza, Muh.Agung Univesitas Negeri Makassar

https://kemendikdasmen.go.id/ – Program prioritas.

Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Dan Sumbangannya Bagi Pendidikan Indonesia, Henricus Suparlan, 2014 -Jurnal Filsafat Vol 25, Nomor 1, April 2014, Alumni Program Master Ilmu Filsafat Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta

Arie Wibowo Kurniawan (AWK), Direktur SMK, Kemdikdasmen, Seminar Nasional Pendidikan Teknik Elektro (SNPTE) 2025 Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta, 6 September 2025.

https://duddyarisandi.wordpress.com/tag/piramida-tenaga-kerja/

https://www.setneg.go.id/baca/index/pendidikanNaskah_di_wilayah_terpencil_tantangan_pemerintah_dalam_pemerataan_pendidikan_di_indonesia_1

Naskah Akademik Pembelajaran Mendalam Menuju Pendidikan Bermutu untuk Semua, Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesi, Februari 2025

Pengaruh Pendidikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi: Kajian Literatur pada Negara Berkembang di Indonesia Dimas Surya11, Deni Dharmawansyah2, Erwin Fitrah Jauhari3, Khairina Tambunan4 Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, Indonesia

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *