Malang, metroraya.id – Seminar Nasional dengan tema “Drainase Perkotaan Berkelanjutan Untuk Pengurangan Risiko Banjir” telah sukes digelar oleh Asosiasi Jasa Konstruksi secara daring dengan menghadirkan narasumber tunggal Prof. Ir. Ratih Indri Hapsari, S.T., M.T., Ph.D., IPM., Direktur IV Politeknik Negeri Malang. Sabtu, 23/8/25.
Kegiatan ini sebagai bentuk pembinaan dan pemberdayaan terhadap anggota asosiasi agar mampu meningkatkan pengetahuan dan wawasan terhadap berbagai permasalahan dalam pelaksanaan jasa konstruksi. Juga untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman Tenaga Kerja Konstruksi terhadap Drainase Perkotaan Berkelanjutan Untuk Pengurangan Risiko Banjir.
Secara lebih rinci seminar ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
- Meningkatkan pemahaman peserta mengenai permasalahan banjir perkotaan dan keterbatasan sistem drainase konvensional dalam menghadapinya.
- Memberikan pengetahuan teknis dan konsep terbaru tentang penerapan Sustainable Urban Drainage System (SUDS) atau drainase perkotaan berkelanjutan yang ramah lingkungan dan efisien.
- Mendorong akan pentingnya peran tata ruang, ruang terbuka hijau, dan infrastruktur hijau dalam mengurangi risiko banjir.
Dalam paparannya, Prof. Ir. Ratih Indri Hapsari, Ph.D. menegaskan pentingnya penerapan drainase perkotaan berkelanjutan sebagai solusi pengurangan risiko banjir. Sistem drainase konvensional yang selama ini hanya berfokus membuang air hujan secepat mungkin dinilai tidak efektif karena justru menimbulkan limpasan berlebih, berkurangnya cadangan air tanah, hingga pencemaran lingkungan.
“Konsep Sustainable Urban Drainage System (SuDS) hadir sebagai alternatif dengan prinsip menahan, menyimpan, meresapkan, dan memanfaatkan kembali air hujan sedekat mungkin dengan sumbernya. SuDS tidak hanya berdampak positif pada kualitas air dan pengendalian banjir, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan, sosial, hingga ekonomi melalui penyediaan ruang hijau, sarana edukasi, hingga peningkatan biodiversitas,” jelas Prof. Ratih.
Lebih lanjut, Prof. Ratih memberikan contoh berbagai metode yang dapat diaplikasikan seperti green roof, permeable pavement, sumur resapan, hingga biopori. Kesemuanya telah terbukti mampu mengurangi limpasan sekaligus menambah cadangan air tanah. “Beberapa kota di Indonesia seperti Semarang, Surabaya, dan Bandung juga mulai mengadopsi konsep ini melalui pembangunan polder, ruang terbuka hijau, dan kolam retensi,” imbuhnya.
Menurut Prof. Ratih, keberhasilan implementasi drainase berkelanjutan membutuhkan kolaborasi lintas sektor, mulai dari pemerintah, swasta, akademisi, hingga masyarakat. Dengan pendekatan ini, sistem drainase tidak hanya berfungsi sebagai pengendali banjir, tetapi juga mampu menciptakan kota yang lebih sehat, nyaman, dan tangguh terhadap perubahan iklim.
Seminar ini diikuti oleh 97 peserta yang meliputi anggota asosiasi, unsur pemerintah, pengurus asosiasi, profesional, mahasiswa, pelaku usaha, pakar / akademisi, dan masyarakat umum. *Penulis: Retnowati
Leave a Reply