Lumbung Mataraman KWT Sumber Rejeki Sleman Dorong Kemandirian Pangan Desa

Sleman, metroraya.id – Sebagai bentuk solidaritas sekaligus upaya menjaga kemandirian pangan berbasis komunitas, sebulan yang lalu anggota Kelompok Wanita Tani KWT Sumber Rejeki di Kalurahan Sidomoyo, Godean, Sleman menggelar kerja bakti di Lumbung Mataraman.

Lumbung Mataraman Sumber Rejeki telah menjadi pusat kegiatan belajar bagi warga sekitar, khususnya dalam praktik pertanian dan peternakan skala rumah tangga. Melalui Yuli Ketua KWT menyampaikan bahwa kerja bakti dilakukan secara rutin dan dijalankan oleh seluruh anggota melalui sistem piket harian, salah satunya membersihkan kebun, merawat tanaman, dan membuat pot tanaman dari botol daur ulang.

“Melalui kegiatan ini, kami tidak hanya menjaga kebun, tetapi juga membangun kebersamaan dengan para anggota. Kami juga memiliki jadwal piket harian,” ujar Yuli, di sela- sela kerja bakti.

Berbagai jenis tanaman dibudidayakan di lumbung ini, mulai dari tanaman obat keluarga (toga) seperti kunyit dan jahe, hingga sayuran dan buah-buahan seperti terong, jagung, pisang, sirsak, nangka, dan stroberi. Selain itu, lumbung juga memelihara ayam petelur sebagai tambahan sumber pangan dan ekonomi bagi warga.

Dalam strategi pendistribusian hasil panen dari lumbung melalui dua jalur. Pertama, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi anggota dan masyarakat sekitar dengan harga yang lebih terjangkau dan kualitas yang segar langsung dari kebun. Kedua, sebagian hasil dipasarkan melalui pedagang lokal yang memesan langsung ke lumbung.

KWT Sumber Rejeki juga rutin mengikuti kegiatan bazar yang diselenggarakan oleh kampus maupun dinas terkait. Produk telur ayam dan sayur-mayur menjadi andalan dalam kegiatan ini. “Kalau bazarnya dekat, kami bisa membawa lebih banyak hasil dan keuntungannya pun lebih besar,” imbuh Yuli, saat diwawancari metroraya.id

Lumbung Mataraman menjadi lokasi penelitian mahasiswa dari berbagai universitas, para mahasiswa mempelajari praktik pertanian mandiri dan turut membantu promosi hasil panen melalui media sosial. Bahkan, lumbung ini telah memiliki akun medsos yang secara aktif digunakan untuk mengedukasi dan memasarkan produk, terutama telur ayam kampung.

Kehadiran lumbung ini membawa dampak positif dalam pemberdayaan masyarakat, khususnya perempuan. Selain menjadi ruang belajar kolektif, kegiatan lumbung juga menginspirasi warga untuk mempraktikkan pertanian pekarangan di rumah masing-masing sebagai bentuk kemandirian pangan.

Meski demikian, tantangan tetap dirasakan oleh KWT. Cuaca yang tidak menentu dan serangan hama masih menjadi kendala utama dalam proses budidaya. Namun, semangat gotong royong menjadi kunci keberlangsungan kegiatan ini. *Penulis/Editor : Gilang IW/ Retnowati.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *