Bantul, metroraya.id – Workshop Wayang Merdeka kolaborasi antara komunitas seni lokal dengan mahasiswa dari National University of Singapore bertempat di Tembi Rumah Budaya, Jl. Tembi, Sewon, Bantul. Rabu, 25/6/25.
Jatmiko, salah seorang fasilitator Workshop Wayang Merdeka mengemukakan bahwa kegiatan ini sudah menjadi kegiatan tahunan antara Komunitas Wayang Merdeka dengan NUS. Ia menjelaskan juga makna wayang merdeka dalam konteks workshop ini adalah merdeka bahan, merdeka desain, merdeka warna dan merdeka narasi.
“Jadi yang pertama, kita ajak mereka untuk main-main dulu, tidak pakem. Karena bila pakem pembuatan wayang langsung kita hadapkan, mereka akan langsung ketakutan terhadap detail bentuk, detail sungging wayang. Nah, di sini ada perkawinan antara tradisi supaya berkelanjutan dan permasalahan masa kini yaitu sampah dengan kreativitas,” jelas Jatmiko.

Pada Workshop Kolaborasi Wayang Merdeka Ini Fasilitator Mengajak Para Mahasiswa NUS Praktek Langsung Membuat Pola Berbentuk Wayang. Foto : metroraya.id
Kegiatan dimulai pukul 09.00 WIB dengan sesi pembuatan wayang yang dipandu oleh fasilitator selama kurang lebih satu setengah jam. Para peserta diberi kesempatan untuk belajar membuat wayang berbahan limbah kardus secara langsung, dan hasil karya dapat dibawa pulang sebagai bagian dari pengalaman kreatif mereka.
Setelah wayang selesai dibuat, dilanjutkan dengan pertunjukan Wayang Merdeka yang dibawakan oleh mahasiswa National University of Singapore. Penampilan ini menampilkan pendekatan kontemporer dalam pertunjukan wayang, sekaligus menjadi wadah pertukaran budaya yang inspiratif.
“Ada 12 orang mahasiswa, dikelompokkan menjadi empat. Mereka memainkan wayang hasil karya mereka sendiri dengan narasi yang mereka susun sendiri,” imbuh Jatmiko.

Tampak Mahasiswa National University of Singapore Memaikan ( mendalang-red) Wayang Hasil Karyanya. Foto: metroraya.id
Setelah waktu istirahat dan makan siang pada pukul 12.00–13.00 WIB, acara dilanjutkan dengan sesi presentasi dan performance oleh Arahmaiani, seniman lintas disiplin yang telah dikenal luas atas karya-karya reflektif dan interaktifnya. Dalam sesi ini, Arahmaiani menyampaikan pemikirannya mengenai seni, budaya, dan peran wayang sebagai medium kritik dan ekspresi sosial.
“Wayang Merdeka mempunyai visi yang berkaitan dengan lingkungan hidup yang digabungkan dengan pengetahuan kearifan budaya tradisi. Kerja nyatanya adalah pembuatan wayang yang mana bahan-bahan yang digunakan adalah bahan-bahan sampah anorganik yang dapat didaur ulang. Di sini juga ada unsur edukasi dimana anak-anak muda diajak memahami kondisi sekarang terhadap permasalahan sampah lalu membangkitkan kesadaran mereka untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup yang dihubungkan dengan kearifan budaya tradisi,” jelas Arahmaiani.
Acara berakhir pada pukul 14.15 WIB, ditutup dengan diskusi singkat dan apresiasi dari peserta. Workshop ini diharapkan dapat memperkuat jaringan kolaborasi internasional dalam bidang seni, serta memperkenalkan nilai-nilai lokal Indonesia kepada audiens global. *Penulis/Editor: Saifa Anis/Retnowati.
Leave a Reply