Sleman, metroraya.id – Destinasi Wisata Tebing Breksi, Sambirejo, Prambanan, Kabupaten Sleman menjadi tuan rumah sebuah peristiwa artistik yang menggetarkan Pagelaran Musik Batu Breksi Bernyanyi. Minggu Sore, 25/525.
Gagasan orisinal datang dari seniman lintas bidang, Memet Chairul Slamet. Pagelaran ini menggabungkan musik, live painting, drama tari, dan puisi dalam satu peristiwa kolosal yang memuliakan bebatuan sebagai saksi sejarah dan sumber inspirasi.
Menurut Memet, ide ini muncul sebulan sebelumnya saat ia mengunjungi Tebing Breksi. Saat berdiri di antara batuan purba yang menjulang, ide besar itu lahir bagaimana jika batu-batu ini diberi suara? Maka tercetuslah gagasan untuk membuat sebuah pertunjukan musik kolosal yang mengangkat bebatuan sebagai sentral tema musik, “Karena unsur utama Breksi adalah batu, saya membayangkan bagaimana kalau batu-batu itu berdenting, berbicara tentang perjalanan alam,” ujar Memet.
Konsep pertunjukan pun dirancang bersama. Memet bertanggung jawab atas komposisi musik, sementara penataan tari dan panggung dipercayakan kepada tim profesional lainnya. Hasilnya adalah pagelaran yang tak hanya megah, tapi juga mengakar pada rasa dan kekayaan budaya lokal.

Warga sekitar tempat wisata Tebing Breksi di libatkan dalam pagelaran ini. Foto: metroraya.id
Salah satu keunikan dari Breksi Bernyanyi adalah improvisasi menjadi roh dari pertunjukan ini membebaskan ekspresi setiap individu tanpa dibatasi notasi, partisipasi aktif dari sekitar 50 warga desa di sekitar Tebing Breksi. Mereka dilibatkan langsung sebagai pemain, namun bukan dalam format musik formal. “Tidak ada nada yang harus dihafal. Semua bermain dengan rasa musikal masing-masing,” jelas Memet.
Aksi live painting oleh sejumlah perupa di tengah pertunjukan semakin memperkaya pengalaman visual penonton. Ditambah dengan drama tari yang menyatu dengan kontur tebing dan pembacaan puisi yang menggugah, suasana menjadi sakral, seolah batu-batu di Breksi benar-benar sedang menyuarakan kisahnya tentang masa lalu geologis dan harapan masa depan.
Menariknya, Breksi Bernyanyi adalah pagelaran perdana dari rangkaian yang direncanakan Memet. Ia berniat melanjutkan pertunjukan serupa di lokasi-lokasi wisata berbasis batu lainnya, seperti Gua Gong di Pacitan dan situs megalitikum Gunung Padang di Cianjur.
Pagelaran ini bukan hanya sebuah acara seni, melainkan wujud nyata dialog antara manusia, alam, dan warisan geologi. Breksi Bernyanyi menegaskan bahwa seni dapat menjadi jembatan spiritual untuk memahami alam dan di tangan Memet Chairul Slamet, bahkan batu pun bisa bernyanyi. *Sulis/Rochmad
















Leave a Reply