Naskah Akademik Usulan Hari Kebudayaan Nasional Sukses Disusun Tim 9 Garuda Plus Dalam FGD I

Bantul, metroraya.idFocus Group Discussion FGD Penyusunan Naskah Akademik Usulan Hari Kebudayaan Nasional, sukses terselenggara oleh Tim 9 Garuda Plus, di Jamur Jawon Resto, Jl. Wonosari Km. 7, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Rabu sore, 21/5/25.

Ketua Panitia Penyelenggara FGD, Dr. (Can) Aryanto, SE., M.Par., mengatakan bahwa FGD merupakan bagian dari proses yang wajib dilalui untuk mewujudkan penetapan Hari Kebudayaan Nasional yang diusulkan oleh Tim 9 Garuda Plus. “Oleh karenanya penyelenggaraan FGD yang pertama ini kami mengadendakan Penyusunan Naskah Akademik Usulan Hari Kebudayaan Nasional,” ujarnya.

Dalam sambutan pembukaannya Ariyanto juga menegaskan tentang pentingnya budaya sebagai kekuatan terakhir pemersatu bangsa, “Budaya adalah warisan yang harus kita lestarikan bersama sebagai identitas dan kekuatan utama menjaga keutuhan NKRI,” tegas Aryanto.

Sebagai budayawan yang juga seorang akademisi Achmad Charris Zubair, dan seniman tradisi Jawa Yati Pesek tampil sebagai narasumber dan Dalijo seorang pelaku seni dan budaya tradisi Jawa sebagai moderator acara. Achmad Charris Zubair menyampaikan dipilihnya tanggal 17 Oktober sebagai Hari Kebudayaan Nasional dipandang sebagai puncak kesadaran politik kebudayaan nasional. “Tanggal ini mencerminkan semangat persatuan dalam keberagaman serta menjadi momen ekspresi budaya bangsa,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa Hari Kebudayaan Nasional akan menjadi sarana memperkuat identitas nasional, karakter generasi muda, serta mendukung sektor ekonomi kreatif dan pariwisata.

“Usulan ini pernah dipresentasikan di hadapan Bapak Fadli Zon saat menjabat Menteri Kebudayaan pada 18 Januari 2025,” ungkapnya.

Hadir sebagai tamu undangan adalah para tokoh, pelaku dan akademisi dari seniman dan budayawan se-Indonesia. Melihat antusiasme mereka yang tertuang dalam saran, usulan dan sumbangsih pemikiran dalam jalannya acara, semakin menambah rasa optimisme.

Dukungan diberikan dari salah satu akademisi Guru Besar Pengkajian Seni Tari Universitas Negeri Yogyakarta yang juga Direktur AKN Seni dan Budaya Yogyakarta, Prof. Kuswarsantyo. “Sangat penting untuk memberikan penanda bahwa peristiwa kebudayaan yang pernah terjadi dijadikan refleksi untuk pengembangan kebudayaan ke depan. Namun bukan untuk euforia masa lalu saja. Karena kebudayaan itu dinamis dan selalu berkembang,” ujanya.

Foto Bersama Seluruh Peserta Usai FGD. Foto: metroraya.id

 

Ia, juga mengatakan Kebudayaan Nasional harus dapat diintepretasikan oleh seluruh wilayah nusantara. Meskipun bentuk dan wujudnya beda. “Itu adalah keragaman yang merupakan kekuatan kebudayaan nasional. Dengan demikuan memahami kebudayaan tidak hanya parsial diterjemahkan ke dalam kebudayaan daerah tertentu. Dengan demikian sebenarnya puncak-puncak kebudayaan daerah itulah yang menghasilkan kebudayaan nasional yang beragam, sebagai kekuatan dan filter budaya nasional. Tinggal bagaimana mengimplementasikan ke dalam format kebudayaan nasional yang dapat diterima sebagai penanda hari kebudayaan nasional.” jelas Profesor Jathilan, sapaan akrabnya.

Dukungan lain yang tidak kalah kuatnya datang dari Wakil Ketua DPRD DIY, Budi Waljiman dan dari Ki Demang Budayawan Sunda. Juga tokoh budaya Kalimantan yang hadir sebagai peserta, “Saya berharap usulan ini segera diwujudkan oleh pemerintah pusat,” ujarnya Abdul Heri asal Pontianak.

Rangkaian acara FGD diakhiri dengan pembacaan deklarasi pengusulan penetapan Hari Kebudayaan Nasional oleh seluruh peserta dan juga penandatangan petisi dukungan.

Adapun Tim 9 Garuda Plus sendiri terdiri dari tokoh-tokoh budaya nasional, seperti Achmad Charris Zubair, Rahadi Saptata Abra, Bimo Wiwohatmo, Isti Muryani, Isti Sri Rahayu, Arya Ariyanto, Yani Saptohudaya, Yati Pesek, Oni Wantara, dan Nano Asmorodono. *Penulis/Editor: Rochmad/Retnowati.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *