Yogyakarta, metroraya.id – Momen malam minggu yang berbeda di XXI Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Sabtu malam, 10/05/25. Nobar film Sayap-Sayap Patah 2 menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh para penonton yang sudah menonton prequelnya. Di tengah momen antusias tersebut hadir seorang yang turut meramaikan nobar tersebut yaitu Ganjar Pranowo. Beliau juga salah satu penonton yang menunggu film ini karena sudah menonton film pertamanya. Kehadiran beliau di XXI menjadi serbuan para fans yang ingin berfoto bersama Ganjar. Para penonton yang mengetahui kedatangan Ganjar berlomba-lomba untuk bersama tapi ada juga penonton yang lebih berbahagia karena mendapat tiket dengan tempat duduk bersebelahan.
Pada wawancara review film ini bersama tim metroraya.id, menurut Ganjar bahwa film ini menarik karena ia sudah menonton film Sayap-Sayap Patah 1. “Kalau ini kan yang kedua, mudah-mudahan juga ada yang ketiga biar jadi trilogi. Kalo nanti ada biar ada pesan berantai pendidikan yang bisa disampaikan kepada penonton,” ungkap Ganjar.
Selanjutnya, menurutnya terorisme itu apapun bentuknya buruk di dunia apalagi untuk umat manusia. “Saya sangat terkesan karena film ini dilakukan dengan riset yang cukup mendalam sehingga ada isi yang hebat, penuh dedikasi, bahkan rela meninggalkan keluarganya untuk bekerja, nah kan ada pengorbanan, si Olivia ini kan dari Banjarmasin. Dua hal yang saya lihat, satu substansi cerita yang mendidik, lalu saya lihat kiri kanan saya menangis terkesan bagaimana seorang polisi yang punya dedikasi tinggi itu juga punya tanggung jawab sebenarnya di keluarga yang harus dibagi, maka selalu ada yang dikorbankan, itu saya apresiasi,” imbuhnya.
Dari sinematografi film ini cukup bagus dan para penonton berharap mudah-mudahan nanti akan muncul yang ketiga dengan lebih bagus lagi sehingga sebagai setidaknya sebagai tontonan juga bisa memberikan pesan mendalam pada cerita dan film.
Ganjar juga menyampaikan bahwa dengan menonton film ini ia merasa bernostalgia karena telah mengikuti film Sayap-Sayap Patah 1. “Saya pernah bertanya pada ibu saya, kenapa kakak saya pertama, kedua, ketiga itu nama depannya sama, tapi saya kok tidak? Ternyata bapak saat itu lagi perang, kemiripannya itu dan itu meninggalkan keluarga demi tugas negara kemudian ada satu dua tiga lahir ada saya sudah tidak perang lagi dan itu nostalgia itu sebelas dua belas lah, hanya kalo yang ini kan dengan terorism kalau dulu perang, hanya saya dulu belum bisa membayangkan suasana saat itu,” pungkasnya. *Penulis/Editor: Saifa Anis/Retnowati.
Leave a Reply