Alamuddin Dimyati Rois Berpulang, Tinggalkan Ridhonya Untuk Istri Tercinta

Metroraya.id – Untuk pertama kalinya ungkapan pernyataan cinta seorang Aslikh Rina Ulyaddin tertuang secara tertulis di hadapan khalayak. Dikutip dari media sosial pribadinya, seakan sudah merasakan akan segera berpisah, dua puluh jam sebelum sang suami menutup usia, ia menyampaikan permintaan maaf dan memohon ridho atas segala kekurangannya sebagai istri.

Sang suami, KH. Alamuddin Dimyati Rois kini telah berpulang ke Rahmatullah pada Selasa, 6 Mei 2025 pukul 05.30 WIB di Rumah Sakit Budi Rahayu Pekalongan Jawa Tengah. Anggota DPR RI FPKB ini dinyatakan meninggal dunia setelah mengalami masa kritis, akibat dari kecelakaan maut di jalan tol Pemalang-Batang Km 315+900 jalur A wilayah Desa Karangasem, Petarukan, Pemalang, Jawa Tengah pada Jumat dini hari, 2/5/25 pukul 02.40 WIB.

Dalam perjalanan pulang setelah menghadiri acara pengajian di Pondok Pesantren Al Fadlu Brebes, kendaraan yang dinaikinya, Toyota Innova bernomor polisi H-1980-CM menabrak truk Fuso dari belakang. Dua orang bersamanya meninggal di tempat dan ia sendiri mengalami luka parah.

Alamuddin Dimyati Rois atau Gus Alam lahir di Kaliwungu, Kabupaten Kendal, pada 26 Desember 1980. Ia adalah alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Diponegoro Semarang. Ia telah menjadi anggota DPR dari Fraksi PKB sebanyak empat kali, yaitu untuk periode 2009-2014, 2014-2019, 2019-2024, dan 2024-2029.

Gus Alam dikenal sebagai sosok yang ramah dan religius. Pada 2017, ia mendirikan dan menjadi pengasuh Pondok Pesantren Al-Fadllu Wal Fadhilah 2 di Srogo Sidorejo, Kecamatan Patebon, Kendal. Selain itu, Gus Alam juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Dewan Syuro DPW PKB Jawa Tengah dan Wakil Ketua Garda Bangsa, sebuah badan otonom PKB yang mengurusi bidang kepemudaan di Jawa Tengah.

Dari media sosial pribadinya Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar mengutip kalimat Alm. Kyai Yusuf Hasyim, ketika mengomentari kakaknya Kyai Wahid Hasyim yang wafat di usia muda, bahwa ibarat sebuah pohon jati yang lurus dan baik, biasanya ia cepat ditebang. “Ternyata pertemuan terakhirku dengan Gus Alam adalah pada saat sahabat Cucun Samsurijal mantu,” ujar Gus Imin.

Kenangan Gus Alam Bersama Keluarga Saat Menjalankan Ibadah Di Tanah Suci. Foto : Dok Ist.

 

Dari sebuah perjodohan, lima tahun yang lalu seorang gadis manis dari sebuah desa di Kabupaten Bantul dipersunting oleh putra dari KH. Dimyati Rois. Ialah Aslikh Rina Ulyaddin, cicit dari mbah KH. Marzuqi Giriloyo Imogiri Bantul.

Sebelum fokus pada kehidupan pernikahan, Aslikh Rina Ulyaddin pernah menjadi finalis Putri Bantul. Ia juga aktif menjadi Bendahara DPW PKB DIY sembari menyelesaikan studi Sarjana Psikologi di Fishum UIN Sunan Kalijaga.

Meninggalkan seorang putri dan bayi yang masih ada dalam kandungan istri, Gus Alam digambarkan oleh sang istri sebagai sosok yang sangat penyabar dan penyayang, tetapi tegas dalam persoalan syariat agama. Sebagai suami, ia selalu menekankan pada ajaran saling memberi dan menerima segala kekurangan. “Semoga, aku selalu dikuatkan oleh ‘saling’ yang selama ini sudah njenengan ajarkan…Terima kasih karena njenengan selalu menghargai dan menghormati aku, bahkan njenengan tidak pernah sekalipun menaikkan nada suara kepadaku selain urusan-urusan syariat,” ungkap Rina melalui media sosial pribadinya. Senin, 5/5/25.

Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Al Fatihah untuk Gus Alam. Semoga amal kebaikannmu selalu menjadi teman berpulangmu menuju kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

*Penulis/Editor: Rochmad/Retnowati.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *