Magelang, metroraya.id – Halal bihalal dalam tradisi Indonesia adalah kegiatan saling memaafkan dan mempererat silaturahim. Seperti yang dilakukan umat Kristiani warga Dusun Berut, Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Magelang. Yang sejak pagi pukul 6.30 wib sudah berkumpul di tepi jalan, menunggu saudaranya umat Muslim.
Mereka berkumpul baik tua ataupun muda menyambut kepulangan umat Islam selesai mengerjakan sholat Idul Fitri, dengan berjejer rapi di tepi jalan menyambut dengan berjabat tangan dan menjamunya dengan makanan yang sudah tersedia. “Tahun ini memasuki tahun kelima terselenggaranya halal bihalal yang dilakukan bersama, oleh umat Kristiani dan umat Muslim di Dusun Berut. Sebelumnya hanya sebatas bertandang dari rumah ke rumah itupun hanya terbatas. Kini perayaan halal bihalal lebih bermakna dirayakan oleh semua warga baik tua maupun muda di pendopo kampung,” ujar Hedwigis Restu Pinasti, penggagas kegiatan. Kamis, 3/4/25.
Kegiatan ini sangat dinanti oleh semua masyarakat, karena momentum pertemuan seluruh warga seperti ini hanya datang satu tahun sekali. Para pemudik juga turut serta meramaikan kegiatan halal bihalal ini, sehingga menjadi momentum perjumpaan yang semakin hangat, dan juga hidangan snack biasanya dibawa oleh umat Kristiani untuk menghormati dan menjamu warga Muslim. “Walaupun umat Kristiani sudah berkumpul lebih dahulu, suguhan makanan tetap diutamakan bagi umat Muslim terlebih dahulu, setelah warga Muslim datang dan sudah selesai menikmati barulah umat Kristiani turut serta menikmati hidangan tersebut,” imbuh Restu, sapaan akrabnya.
Semua kegiatan yang sifatnya positif harus terus dipertahankan, seperti yang sudah ada di Dusun Berut ini. Dimana warga Muslim Berut sedang merayakan hari raya Idul Fitri dan umat Kristiani ikut merayakan bersama, sebagai wujud toleransi beragama. “Yang sudah baik kita lestarikan, dijaga untuk lebih majunya dusun, tidak hanya kegiatan lebaran saja, tetapi tradisi dan kegiatan lainnya,” ucap Fx. Witono, Kadus Berut yang juga tokoh Katholik setempat.
Hal yang sama dikatakan oleh tokoh Agama Islam Dusun Berut. Kegiatan ini sangat berkesan dan membahagiankan, semoga kegiatan yang baik ini berlanjut hingga anak cucu. “Karena menjalin silaturahim dan nguri-uri budaya Jawa, salah satu sebagai wujud persatuan, tidak ada perbedaan dan saling bertoleransi antar agama. Momentum ini juga sebagai wujud kerukunan hidup di masyarakat,” pungkas Kiai Jawari.
Penulis : Rochmad.
Editor : Retnowati.
Leave a Reply