Sleman, metroraya.id – Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama sejumlah rumah sakit besar di Yogyakarta menyelenggarakan Annual Scientific Meeting (ASM) 2025 dengan tema “Penanggulangan Tuberkulosis Dalam Perspektif Transformasi Bidang Kesehatan” yang berlangsung di Ruang Auditorium, lantai 5 RS Akademik UGM, Sabtu, 15/2/25.
Kegiatan yang diadakan dalam rangka perayaan Dies Natalis ke-79 FK-KMK UGM, HUT ke-13 Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, HUT ke-43 RSUP Dr. Sardjito, dan HUT ke-97 RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro tersebut menghadirkan sejumlah pakar. Hadir memberikan penjelasan mengenai kegiatan tersebut Direktur Utama RS Akademik UGM Dr. Dr. Darwito, SH, SpB(K)Onk., Dekan FK-KMK UGM Prof. dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D., FRSPH Tim Kerja TB Kemenkes RI dr. Tiffany Tiara Pakasi, MA., Ketua Dies Natalis ke-79 FK-KMK UGM Dr. dr. Tri Ratnaningsih, M.Kes., Sp.PK(K)., Ketua ASM 2025 Prof. dr. Yanri Wijayanti Subronto, Ph.D., Sp.PD-KPTI, dan Ketua Equal Run RS Akademik UGM dr. Yudhanto Utomo, Sp.N.
Dalam kegiatan tersebut disampaikan Tuberkulosis (TBC) masih menjadi tantangan kesehatan global. Termasuk di Indonesia yang menempati posisi kedua dengan jumlah penderita TBC terbanyak setelah India. Penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang menyebar melalui droplet dan menjadi masalah kesehatan masyarakat serius, dengan tingkat infeksi laten yang tinggi serta morbiditas dan mortalitas yang signifikan.
Dalam ASM 2025, para pakar membahas berbagai tantangan dalam deteksi dan diagnosis TBC. Saat ini, metode pemeriksaan yang digunakan meliputi pemeriksaan apusan sputum BTA, kultur BTA, tes cepat molekuler (GenXpert), serta pencitraan radiologi seperti rontgen, CT scan, dan MRI.
Salah satu inovasi yang berkembang adalah pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) melalui Computer-Assisted Detection (CAD), yang memungkinkan mesin X-ray menganalisis hasil pemindaian secara otomatis dan bahkan bersifat portabel untuk memudahkan deteksi di berbagai lokasi.
Selain itu, UGM juga tengah mengembangkan e-nose, sebuah teknologi pendeteksi substansi volatil dalam napas yang dapat mengidentifikasi infeksi TBC. Teknologi ini dikembangkan dari konsep serupa yang digunakan dalam alat GeNose untuk deteksi COVID-19. Penelitian mengenai e-nose telah mendapatkan pengakuan nasional dan internasional sebagai inovasi yang berpotensi meningkatkan efektivitas skrining TBC.
Sejalan dengan agenda Kementerian Kesehatan dalam menerapkan enam pilar transformasi kesehatan, ASM 2025 menyoroti bagaimana penanganan TBC memerlukan pendekatan komprehensif, mulai dari layanan kesehatan primer hingga teknologi kesehatan. Transformasi ini mencakup: Transformasi Layanan Primer – Penguatan deteksi dini TBC melalui fasilitas kesehatan tingkat pertama; Transformasi Layanan Rujukan – Penggunaan teknologi diagnostik canggih di rumah sakit rujukan.
Darwito selaku Direktur Utama Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada mengatakan Proyek Zero-TB yang telah dilakukan di Yogyakarta juga menjadi perhatian utama dalam ASM 2025. Proyek tersebut mengedepankan strategi inovatif dalam mendeteksi, mencegah, dan mengobati TBC melalui pendekatan berbasis komunitas dan pemanfaatan teknologi. Faktor sosial ekonomi seperti kemiskinan dan pemukiman yang kurang sehat sangat erat penanganan TBC memerlukan keterlibatan aktif masyarakat. “ASM 2025 juga membahas pentingnya kerja sama antara fasilitas kesehatan, pemerintah daerah, dan komunitas dalam upaya pencegahan serta pengendalian penyakit ini. Upaya kesehatan berbasis masyarakat menjadi kunci dalam mendukung keberhasilan program eliminasi TBC di Indonesia,” pungkasnya. (Setyaki)
Leave a Reply